Jumat, 27 April 2012

Mutu Pendidikan (benchmark) internasional Matematika dan IPA


TUGAS KELOMPOK
BENCHMARK INTERNASIONAL MATEMATIKA
Sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA
Yang diampu oleh Dra.Hj. Ratini,M.Pd.

Oleh
1.     Aslih Nasikhawati        11320033
2.     Budi Saputra                11320003
3.     Dwi Rahmawati            11320005


 Pendidikan Biologi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2011/2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah milik Allah SWT, Tuhan semesta alam yang sampai saat ini masih memberikan limpahan kasih dan sayang-Nya kepada kita. Sholawat teriring salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dunia ini penuh ilmu pengetahuan dan  karena berkat rahmat dan hidayah-Nya dapat menyelesaikan tugas mandiri ini.
Adapun pembuatan tugas kelompok  ini untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memenuhi ketuntasan mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA yang berjudul BENCHMARK INTERNASIONAL DALAM MATEMATIKA. Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah memberikan dorongan dan dukungan hingga terselesainya tugas ini dan kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan tugas mandiri ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari predikat sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat  membangun, agar dalam penulisan tugas mandiri ini bisa lebih baik. Namun demikian, kami berharap apa yang telah saya persembahkan dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan pembaca pada umumnya.
Metro,05 April 2012

Penyusun

DFTAR ISI

COVER ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................ ii
DAFTAR ISI............................................................................... iii      
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar belakang.......................................................................... 1
B.     Tujuan panulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.      Literasi Matematika dalam PISA........................................... 3
1.    Karakteristik Studi PISA...................................................... 4
2.    Pemanfaatan Studi PISA...................................................... 5
3.    Kemampuan yang Diukur..................................................... 6
4.    Populasi dan Sampel Studi PISA 2003................................ 6
5.    Kerangka Penilaian Literasi Matematika.............................. 7
6.    Definisi Literasi Matematika................................................ 7
7.    Mengukur Tingkat Literasi Matematika............................... 8
8.    Desain Tes Literasi Matematika.......................................... 11
9.    Hasil Penelitian................................................................... 11
B.  LITERASI MATEMATIKA TIMSS................................. 13
1.    Pengantar ........................................................................... 13
2.    Prestasi matematika dalam TIMSS..................................... 14
3.    Benchmarck internasional dalam matematika..................... 18
4.    Latar belakang dan sikap siswa terhadap matematika........ 19
5.    Kurikulum matematika....................................................... 20
6.    Guru matematika................................................................ 21
7.    Karakteristik kelas dan pembelajaran................................. 22
8.    Kondisi sekolah.................................................................. 22
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA................................................................ 25



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Demokratisasi dan desentralisasi seyogianya mengubah cara pandang kita-siswa orang tua, guru, pengelola pendidikan, dan pengambil kebijakan pendidikan – terhadap praktik pendidikan selama ini. Kebutuhan siswa kita untuk mendapatkan kompetensi global sesuai tuntutan globalisasi harus dibarengi dengan perubahan dalam cara pandang kita dalam melihat mutu dan relevansi pendidika kita.
Selama satu dekade pertama pada millenium ketiga ini, Indonesia telah mengikuti beberapa survei Internasional sebagai upaya untuk melakukan benchmarking mutu pendidikan dalam setandar global.
Dalam makalah ini kita akan membahas benchmarking internasional dalam matematika, hal ini erat kaitannya dengan bagaimana untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifikasi ,memahami, dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematikanya untuk menangani masalah-masalah keseharian, dan mengetahui cara meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika  dan IPA yang terkait dengan penilaian prestasi pendidikan.

B.       Tujuan Penulisan
1.         Sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan MIPA
2.         Mengetahui bagaimana mengukur tingkat kemampuan siswa melalui PISA
3.         Mengetahui bagaimana cara meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan IPA melalui TIMSS














BAB II
PEMBAHASAN

A.      Literasi Matematika dalam PISA
Penilaian literasi matematika bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengidentifkasi, memahami dan menggunakan dasar-dasar matematika yang diperlukan.
Untuk mendukung prestasi siswa, PISA(Progamme for Internasional Student Assessment) juga menggali informasi tentang latar belakang siswa, yaitu demografi siswa latar belakang setatus sosial dan ekonomi, harapan dan keinginan siswa dimasa yang akan datang, serta motivasi dan disiplin siswa yang dilengkapi dengan latar belakang sekolah.
Hasil studi PISA berupa informasi tentang profil pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi siswa Indonesia diantara bangsa-bangsa di dunia dapat dimanfaatkan sebagai bandingan dalam perumusan kebijakan dalam peningkatan dasar mutu pendidikan kita, khususnya dalam menentukan ambang batas bawah (tresh-hold) dan batas ambang ideal mutu (benchmark) kemampuan dasar membaca, matematika, dan IPA di usia akhir wajib belajar. Selain itu dari studi PISA diperoleh sekumpulan indikator kontekstual tentang demografi siswa, sekolah dan variabel lainnya yang mempengaruhi pengetahuan, keterampilan dan kompetensi siswa.

1.    Karakteristik Studi PISA
Penilaian yang dilakukan dalam PISA berorientasi kedepan, yaitu menguji kemampuan anak muda untuk keterampilan  dan pengetahuan mereka dalam mengahadapi tantangan kehidupan nyata, tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah.
Penilaian PISA dapat dibedakan dari penilaian lainnya dalam hal sebagaimana disebutkan dibawah ini.
a.    PISA berorientasi pada kebijakan desain dan metode penilaian dan pelaporan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara peserta PISA
b.    PISA menggunakan pendekatan literasi yang inovatif, suatu konsep belajar yang berkaitan dengan kapasitas para siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam mata pelajaran kunci disertai dengan kemampuan menelaah, memberi alasan dan mengkomunikasikan secara efektif, serta memecahkan dan menginterpretasikan permasalaha dalam berbagai situasi.
c.    Konsep belajar PISA sepanjang hayat, yaitu konsep belajar yang tidak membatasi pada penilaian kompetensi siswa sesuai dengan kurikulum dan lintas kurikulum, melainkan juga motivasi belajar, konsep diri mereka sendiri, dan srategi belajar yang telah diterapkan.
d.   Pelaksanaan penilaian dalam PISA teratur dalam rentang waktu tertentu yang memungkinkan negara-negara peserta untuk memonitor kemajuan mereka sesuai dengan tujuan belajar yang telah ditetapkan.
e.    Cakupan pelaksanaan penilaian dalam PISA sangat luas.
Untuk menjaga mutu penilaiannya dilakukan suatu mekanisme penjaminan mutu yang ketat, baik dalam penerjemahan bahan-bahan penilaian, dalam penarikan sampel penelitian, maupun dalam pengumpulan data hasil penilaian.
2.    Pemanfaatan Studi PISA
Bagi negara-negara peserta, studi PISA dimanfaatkan untuk hal-hal berikut:
a.    Membandingkan tingkat literasi siswa suatu negara dengan negara lain untuk mengetahui posisi masing-masing negara dan memperbaiki prestasi siswanya.
b.    Menetapkan batas perbandingan atau rujuk-mutu(benchmark) untuk peningkatan upaya perbaikan dalam bidang pendidikan. Misalnya dengan membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa masing-masing negara peserta dan mengukur daya-mampu(capacity) negara dalam pencapain tingkat literasi yang tinggi dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan mutu pendidikan, dam
c.    Memahami kekuatan dan kekurangan sistem pendidikan masing-masing negara peserta.
Dengan membandingkan data literasi dengan data latar belakang siswa dan sekolahnya, ini dilakukan suatu laporan dengan berisikan suatu analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi  prestasi siswa itu sehingga dapat ditarik benang merahnya untuk peningkatan mutu pendidikan. Yang kedua yaitu melaporkan aspek penting dalam belajar siswa yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang merupakan aspek penilaian baru dalam PISA 2003. Selain itu ada laporan lain yang berkaitan tentang tatacara pelaksanaan dan metodologi penilaian dalam PISA 2003.
3.    Kemampuan yang Diukur
Kemampuan yang diukur dalam PISA adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan dalam tiga bidang, yaitu matematika, IPA, dan membaca. Kemampuan yang diukur berjenjang, dari tingkat kesulitan soal yang rendah kepada tingkat yang lebih sulit. Soal-soal yang harus dijawab dalam bentuk pilihan ganda, uraian, dan uraian agak panjang yang dibatasi kalimatnya.
Aspek yang diukur dalam PISA terdiri atas tiga aspek utama yaitu:
a.    Isi atau struktur pengetahuan yang diperoleh para siswa pada setiap bidang penilaian (misalnya, pengenalan konsep matematika)
b.    Proses yang dilakukan (misalnya, melakukan argumentasi tertentu) , dan
c.    Situasi yang dihadapi para siswa berkaitan dengan permasalahan matematika dan pengetahuan serta keterampilan yang relevan yang dapat diterapkan  (misalnya, membuat keputusan dalam kehidupan pribadi seseorang, atau memahami kejadian didunia).
4.    Populasi dan Sampel Studi PISA 2003
Pemilihan sampel dilakukan dengan sangat hati-hati dengan metode ilmiah. Keseluruhan populasi peserta pendidikan usia 15 tahun dari berbagai negara, tetapi tidak semua siswa itu menjadi target populasi, mengingat keterjangkauan populasi dan keadaan geografis lainnyan. Data yang dikumpulkan dalam PISA ini terdiri atas tiga katagori data, yaitu literasi siswa, latar belakang siswa, dan latar belakang sekolah. Aspek literasi adalah aspek utama dari data yang dikumpulkan yang terdiri atas pengetahuan dan keterampilan dalam matematika, IPA, dan membaca.
5.    Kerangka Penilaian Literasi Matematika
Lebih dari separuh waktu penilaian (54% dari waktu penilaian ) digunakan untuk menjawab soal-soal matematika sehingga laporan tentang pencapaian siswa dalam bidang matematika akan lebih rinci. PISA dapat dijadikan sebagai instrumen untuk memonitor perkembangan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam rentangan waktu tiga tahunan. Dalam jangka panjang, hasil studi ini dapat dijadikan landasan bagi perubahan kebijakan dan perbaikan setandar pendidikan dengan mengacu pada prestasi siswa lain yang telah memilliki tingkat literasi yang tinggi. Dalam pengambilan sampel untuk studi ini terus mengalami perbaikan dan lebih penting sistem pendidikan itu tidak dapat diubah dalam kurun waktu tertentu. Perubahan dalam kebijakan itu memerlukan waktu yang sangat panjang agar perubahan itu dapat dirasakan didalam kelas dan oleh masyarakat luas.
6.    Definisi Literasi Matematika
Seseorang dianggap memiliki tingkat literasi matematika apabila ia mampu menganalisis, memberi alasan dan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan matematikanya secara efektif, serta mampu memecahkan dan menginterprestasikan permasalahan matematika dalam berbagai situasi yang berkaitan dengan , bentuk ruang, porbabilitas, atau konsep matematika lainnya. The PISA 2003 Assesment framework: Mathematics, Reading, Science, and Problem Solving Knowladge and Skills (OECD, 2003e). Mendefinisikan matematika sebagai”...kemampuan untuk megenal dan memahami peran matematika didunia, untuk dijadikan landasan dalam menggunakan dan melibatkan diri dengan matematika sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai warga negara yang konstruktif peduli dan reflektif.”(OECD, 2003e).
Tujuan PISA adalah untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematikanya untuk menangani masalah-masalah keseharian. Untuk mendorong suatu pendekatan dalam proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan memberi penekanan yang kuat pada penggunaan pengetahuan matematika dalam proses pemecahan permasalahan dalam konteks dunia nyata. Jika para siswa dapat mengerjakanny, mereka mendapatkan bekal yang baik untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan matematika sepanjang hidupnya. Mereka akan mathematically literate.
7.    Mengukur Tingkat Literasi Matematika
Pengetahuan dan keterampilan matematika diukur berdasarkan tiga dimensi yang berkenaan dengan isi atau konten matematika, proses matematika, konteks matematika.
a.    Isi atau konten matematika
Konten matematika dalam PISA ditentukan berdasarkan hasil studi yang mendalam serta berdasarkan konsensus diantara negara-negara OECD agar pencapaian siswa itu dapat dibandingkan secara internasional dengan memperhatikan keragaman masing-masing negara peserta. Konten ini dibagi menjadi empat bagian sebagai landasan untuk belajar matematika sepanjang hayat untuk kebutuhan hidup keseharian, yaitu:
1)   Ruang dan bentuk (space and shape) berkaitan dengan pokok pelajaran geometri yang menguji kemampuan siswa mengenali bentuk mencari persamaan dan perbedaan dalam berbagai dimensi dan representasi bentuk serta mengenali ciri-ciri suatu benda dalam hubungannya dengan posisi benda tersebut.
2)   Perubahan dan hubungan (change and relationships ) berkaitan dengan pokok pelajaran aljabar.
3)   Bilangan (quantity), antara lain untuk memahami ukuran, pola bilangan, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bilangan dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghitung dan mengukur benda-benda tertentu.
4)   Probabilitas dan ketidakpastian(uncertainty) berhubungan dengan statistik dan probabilitas yang sering digunakan dalam masyarakat informasi.
b.    Proses Matematika
                   Dalam mengukur kemampuan proses, PISA melakukan dengan   mengamati kemampuan bernalar, menganalisis, mengkomunikasikan gagasan, merumuskan dan menyelesaikan masalah. Kendati sulit dilakukan penilaian terhadap kompetensi diatas, PISA mengelompokkan komponen proses ini kedalam tiga kelompok.
1)   Komponen proses reproduksi (reproduction cluster). Dalam penilaian PISA, siswa diminta untuk mengulang atau menyalin informasi yang diperoleh sebelumya.
2)   Komponen proses koneksi (connections cluster). Dalam koneksi ini siswa diminta untuk dapat membuat keterkaitan antara gagasan dalam matematika, membuat hubungan  antara materi ajar yang dipelajari dengan kehidupan nyata disekolah dan masyarakat.
3)   Komponen proses refleksi (reflection cluster). Kompetensi refleksi ini adalah kompetensi yang paling tinggi yang diukur kemampuannya dalam PISA, yaitu kemampuan bernalar dengan menggunakan konsep matematika. Melalui ouji kompetensi ini, diharapkan setiap siswa berhadapan dengan suatu suat keadaan tertentu. Dalam melakukan refleksi ini , siswa melakukan analisis terhadap situasi yang dihadapinya, mengidentifikasi dan menemukan ‘matematika’ dibalik situasi tersebut.
c.    Konteks Matematika
        Dalam PISA, konteks matematika dibagi kedalam empat situasi berikut ini.
1)   Konteks pribadi yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan siswa sehari-hari.
2)   Konteks pendidikan dan pekerjaan yang berkaitan dengan kehidupan siswa disekolah dan atau dilingkungan tempat bekerja.
3)   Konteks umum yang berkaitan dengan penggunaan pengetahuan matematika dalam kehidupan bermasyarakat dan lingkungan yang lebih luas dalam kehidupan sehari-hari.
4)   Konteks keilmuan yang khusus berhubungan dengan kegiatan ilmiah yang lebih bersifat abstrak dan menuntut pemahaman dan penguasaan teori dalam melakukan pemecahan masalah matematika (konteks intramathematical).
8.    Desain Tes Literasi Matematika
Setiap soal dalam PISA mencakup ketiga dimensi diatas, yaitu dimensi konten, proses, dan konteks. Dalam proses pengembangan soal, para ahli dari negara peserta diibatkan dalam masing-masing soal itu secara kualitatif. Para ahli itu juga membahas tingkat kesulitan soal sesuai dengan perkembangan kognitif siswa.
Soal-soal itu disusun dalam berbagai format. Ada soal yang menuntut siswa untuk menjawab pertanyaan dengan kata-kata mereka senndiri. Pada beberapa soal, siswa diminta untuk menuliskan proses perhitungan sehingga dapat diketahui metode dan proses berfikir siswa dalam menjawab pertanyaaan. Ada juga soal yang menuntut siswa untuk menjelaskan lebih jauh lagi apa yan menjadi jawaban mereka. Jawaban terbuka ini memang agak sulit diperiksa oleh komputer. Untuk memeriksa jenis pertanyaan ini diperlukan tenaga profesioanal yang terlatih sesuai dengan panduan yang telah disiapkan.
Soal yang paling mudah itu disusun untuk mengetahui dalam pencapaian kompetensi produksi, sedangkan soal yang sulit, dibuat untuk menguji kompetensi refleksi. Diantara keduanya disusun soal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam kompetensi koneksi.
9.    Hasil Penelitian
a.    Literasi Siswa dalam Konten Ruang dan Bentuk
Seperempat dari seluruh soal matematika  yang diberikan dalam PISA 2003 menguji kemampuan siswa dalam konten ruang dan bentuk. Pada konten ruang dan bentuk ini, perbedaan pencapaian gender ini mencapai 16 poin siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan dibanyak negara kecuali Islandia.
b.   Literasi Siswa dalam Konten Perubahan dan Hubungan
Seperempat dari keseluruhan soal PISA 2003 menguji kemampuan siswa dalam konten perubahan, hubungan fungsional, dan ketergantungan diantara variabel. Misalnya dengan mengajukan soal “jelaskan bahwa menurut garfik tersebut, rata-rata pertumbuhan remaja wanita mengalami penurunan setelah usia 12 tahun”, atau “membandingkannya dengan laki-laki pada sebelum dan sesudah 12 tahun”
c.    Literasi Siswa dalam Konten Bilangan
Seperempat dari keseluruhan soal PISA 2003 menguji kemampuan siswa dalam bilangan dan pola hubungan kuantitatif. Salah satu soalyang diberikan misalnya , berkenaan nilai tukar.
d.   Literasi Siswa dalam Konten Probabilitas/Ketidakpastian
      Seperempat dari keseluruhan soal PISA 2003 menguji kemampuan siswa dalam probabilitas dan hal-hal lain berkaitan dengan statistik.
e.    Literasi Siswa untuk Semua Konten Matematika
Secara keseluruhan, dari keempat konten matimatika diatas dapat ditarik kesimpulan dengan membandingkan sisi kekuatan dan kelemahan dari masing-masing negara peserta dalam setiap konten matematika. Dari data yang diperoleh terdapat perbedaan yang mengindikasikan adanya keragaman minat, bakat, gaya, dan strategi belajar dan bahkan kemampuan  tersembunyi (underlying capacities) siswa Indonesia dalam mempelajari matematika.
B.       LITERASI MATEMATIKA TIMSS
1.    Pengantar
       TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Sutdy) mmerupakan seri pengujian sekala Internasional yang paling mutakhir yang diselenggaraka di 50 negara untuk mengukur kemajuan dalam pembeajaran Matematikadan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Tujuan utama TIMSS adalah meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan IPA dengan cara menyediakan data tentang prestasi siswa yang kaitannya dengan bentuk kurikulum, praktik pengajaran, dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda.
       TIIMS merupakan salah satu kegiatan Asosiasi Internasional untuk Penilaian Prestasi Pendidikan (Internatiaonal Association for the Evaluation of Education Achievement, IEA), suatu badan kerjasama internasional independen untuk institusi dan badan pemerntah yang telah melakukan studi prestasi lintas negara sejak tahun 1959.
       TIMSS juga mengumpulkan informasi kontekstual tentang bagaimana pembelajaran matematika dan IPA terselenggara disetiap negara.
a.         Aspek -Aspek yang Dibandingkan
           Aspek ini meliputi misalnya perbandinngan usia masuk sekolah, kebijakan tentang kenaikan kelas dan pengulangan kelas yang berpengaruh pada cara dan waktu siswa mencapai tingkat tertentu disekolah.
b.        Karakteristik Tes Matematika
     Kira-kira satu pertiga pertanyaan untuk kelas VIII dibuat dalam foramat laporan respons terstruktur, menghendaki siswa untuk menghasilkan dan menuliskan jawaban. Beberapa pertanyaan sepereti ini memerlukan resspons yang cukup panjang, dialokasikan kira-kira 40% dari waktu test. Untuk kelas IV, lebih dari dua perlima soal diberikan dalam bentuk respos terstruktur, perhitungan hampir memakan seluruh waktu test.
     Studi internasional prestasi siswa memberikan informasi yang sangat berharga tentang kinerja sisiwa, praktik pengajaran dan kurikulum. Walaupun demikian, penting bagi kita untuk memedulikan hasil dengan mengacu pada faktor demografi dan ekonomi negara. Karena antarnegara juga memiliki indikator kesehatan dan dan ekonomi yang berbeda, seperti halnya tingkat harapan hidup pada kelahiran dan tingkat kematian serta pendapatan kotor nasional perkapita.
2.    Prestasi matematika dalam TIMSS
Prestasi kelas VIII dari 46 negara dan empat negara (bagian ) benchmark yang ikut serta dalam TIMSS 2003 di tampilkan dengan urutan menurun berdasarkan nilai sekala rata-rata yang disertai dengan keterangan, nilai rata-rata negara tersebut lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai rata-rata internasional.
a.    Perkembanagan prestasi matematika (1995-1999)
Pada kelas 1V, 35 negara dan tiga negara benchmark memiliki salah satu atau kedua data hasil evaluasi TIMSS pada tahun 1995 dan 1999. Kecenderungan dalam prestasi matematika kelas VIII dalam tiga waktu yang berbeda di tahun 1995, 1999, dan 2003. Untuk beberapa negara peserta tiga evaluasi tersebut, tidak semua hasilnya ditampilkan karena data-datanya tidak seluruhnya dapat dibandingkan. Begitu pula dengan data tahun 1995 dari negara israel, italia, dan afrika selatan karena karakteristik dari sampelnya tidak sepenuhnya dikenal pada evaluasi pertama tersebut. Untuk negara peserta yang ikut serta dalam evaluasi sebelum TIMSS tahun 2003, membandingkan rata-rata prestasi antar tahunnya. Nama-nama negara diurutkan menurun menurut rata-rata prestasi TIMSS ditahun 2003. Pada kelas VIII, sejumlah negara memperoleh prestasi yang secara signifikan lebih tinggi dalam TIMSS 2003. Negara perserta yang menunjukkan  penurunan pada kelas VIII pada TIMSS 2003, dari 1995, 1999, atau keduanya, termasukjepang, belgia, rusia, republik slovakia, swedia, bulgaria, norwegia, siprus, makedonia, iran, tunisia, dan quebec.
Pada kelas IV, banyak negara yang mengalami peningkatan yang signifikan dalam prestasi rata-rata antara tahun 1995 dan 2003. Sejumlah negara menunjukkan perubahan luat biasa dalam prestasi matematika selama periode delapan tahun yang terpantau oleh evaluasi TIMSS, sebagian dari perubahan ini mungkin merupakan akibat dari perubahan dalam bidang pendidikan atau bidang sosial yang terjadi selama waktu itu.
b.   Perbedaan gender dalam prestasi matematika
Secara rata-rata, dari semua negara, tidak ada perbedaan penting antara siswa laki-laki dan perempuan baik kelas VIII maupun kelas IV, walaupun situasinya berbeda dari satu negaradengan negara lainnya. Pada kelas VIII, ada beberapa negara dengan siswa perempuan yang memperoleh prestasi lebih tinggi, yaitu serbia, makedonia, armenia, moldavia, singapura, filipina, siprus, yordania, dan bahrain. Peserta dengan siswa laki-laki yang memperoleh prestasi lebih tinggi adalah amerika serikat, italia, hongaria, lebanon, belgia, maroko, cile, ghana dan tunisia.
Perbedaan prestasi antara TIMSS tahun 2003, 1995, dan 1999 ditampilkan secara terpisah untuk siswa perempuan dan laki-laki pada kelas VIII, baik siswa l;aki-laki maupun perempuan memperoleh prestasi yang tinggi pada tahun 2003 d israel, lituania, negara filipina, amerika serikat, dan ontario. Tidak ada negara dengan siswa laki-laki yang menunjukkan peningkatan, sementara siswa perempuannya tidak. Siswa laki-laki dan perempuanmemperoleh prestasi rata-rata lebih rendah dalam TIMSS tahun 2003 di negara bulgaria, siprus, norwegia, rusia, republik slovakia, swedia, tunisia, dan quebec.
c.    Perbandingan dengan standar internasional                                                                                                                                                                                                                                               
Skala pretasi matematika dalam TIMSS dapat mencerminkan kemampuan siswa dalam materi tes yang dirancang untukmengukur rentang luas pengetahuan dan kecakapan siswa. Untuk memberikan uraian bermakna mengenai arti kemampuan pada skala dalam kaitannyadengan pengetahuan dan kecakapan matematika para siswa, TIMSS menampilkan empat tingkat pada skala sebagai standar internasional. Untuk merepresentasikan rentang kemampuan yang ditunjukkan oleh siswa secara internasional, standar mahir adalah 625, standar tinggi 550, standar menengah 475, dan standar rendah 400.
1)   Standar internasional mahir-625
Para siswa dapat mengorganisasikan informasi, membuat generalisasi, memecahkan masalah tidak rutin, dan menarik serta membuat justifikasi kesimpulan dari data. Mereka dapat menghitung perubahan persen dan menerapkan pengetahuan tentang konsep-konsep dan hubungan aljabar untuk memecahkan masalah.
2)   Standar internasional tinggi-550
Para siswa dapat menerapkan pengetahuan dan pemahaman mereka dalam situasi-situasi yang cukup rumit. Mereka dapat mengurutkan, menghubungkan, dan menghitung dengan pecahan dan desimal untuk memecahkan soal dalam bentuk cerita, melakukan oprasi dengan bilangan bulat negatif, dan memecahkan soal dalam bentuk cerita yang memerlukan beberapa langkah penyelesaian yang melibatkan proporsi dengan bilangan-bilangan bulat.
3)   Standar internasional menengah-475
 Para siswa dapat menerapkan pengetahuan matematika dasar dalam situasi-situasi langsung.mereka dapat menambahkan, mengurangi, atau mengalikan untuk memecahkan soal dalam bentuk cerita yang memerlukan satu langkah penyelesaian yang melibatkan bilangan bulat dan desimal.
4)   Standar internasional rendah-400
 Para siswa memiliki pengetahuan matematika dasar

d.   Pengembangan standar
Untuk mengembangkan uraian prestasi pada standar-standar internasional TIMSS 2003, pusat studi internasional TIMSS menggunakan metode scale ancboring suatu cara untuk membuatkan prestasi para siswa pada poin-poin berbeda dalam skala prestasi TIMSS.
3.    Benchmarck internasional dalam matematika
Penilaian matematika TIMSS 2003 pada kelas VIII SMP dan kelas IV SD dirancang untuk memungkinkan perbandingan seadil mungkin diantara negara peserta yang berpartisipasi. Banyak usaha yang dikerahkan untuk memutakhirkan kerangka matematika yang dipublikasikan dalam TIMSS 2003.
Soal matematika TIMSS 2003 dirancang sesuai dengan kerangka matematika TIMSS. Konten-konten ini berkaitan dengan angka-angka yaitu bilangan bulat, pecahan dan desimal, bilangan asli, rasio, perbandingan dan persentase.  Untuk memberikan suatu dasar atas perbandingan kemampuan setiap negara dalam konten masing-masing, rata-rata internasional untuk masing-masing konten diberikan sekor 467, sama dengan rata-rata internasional secara keseluruhan.
Perbedaan-perbedaan didalam kemampuan relatif mungkin berhubungan dengan satu atau beberapa faktor, seperti penekanan pada kurikulim yang di harapkan atau pada buku-buku teks, kekuatan dan kemempuan dalam implementasi kurikulum, dan proses belajar mengajar dikelas dimana topik-topik diperkenalkan. Perbedaan antara kesesuaian  antara kurikulum yang diterapkan dan isi yang diukur mungkin juga merupakan salah satu faktornya.
4.    Latar belakang dan sikap siswa terhadap matematika
Dengan tujuan meningkatkan pembelajaran siswa dalam matematika TIMSS memusatkan perhatiannya pada faktor-faktor instruksional dan sumber daya sekolah serta konteks tempat pembelajaran berlangsung. Namun, seperti yang didokumentasikan secara luas oleh studi matematika IEA sebelumnya, prestasi siswa juga dihubungkan dengan faktor latar belakang keluarga, aktivitas dan sikap siswa .
a.    Sumber daya pembelajaran siswa dirumah
Pendidikan orang tua yang lebih tinggi berkaitan erat dengan prestasi siswa kelas VIII yang lebih tinggi dalam matematika dihampir semua negara. Perbedaan sekor prestasi matematika siswa berdasarkan latar belakang pendidikan orang tua ini dapat mencapai 90 poin.
b.         Waktu untuk mengerjakan pekerjaan rumah
Salah satu cara yang paling banyak dipakai oleh siswa untuk memperkuat dan memperdalam pelajaran yang diterima disekolah adalah dengan meluangkan waktu diluar jam sekolah untuk belajar dan mengerjakan pekerjaan rumah. Tugas pekerjaan rumah yang dipilih dengan baik dapat memperkuat pembelajaran yang diterima oleh siswa disekolah.
c.    Rasa percaya diri di dalam belajar matematika
Untuk mengetahui rasa percaya siswa tentang kemampuan mereka dalam pelajaran matematika, TIMSS memperkenalkan indeks kepercaan diri siswa dalam belajar matematika. Seperti :
1)   Saya biasanya berprestasi baik dalam belajar matematika
2)   Saya biasanya mengalami kesulitan dalam matematika
3)   Saya memang tidak memiliki keahlian dalam matematika
4)   Saya belajar berbagai hal dengan cepat dalam matematika
d.   Penilaian siswa tentang matematika
Motivasi siswa untuk belajar matematika dapat dipengaruhi oleh apakah mereka menikmati pelajaran ini, menghargai pelajaran ini, dan menganggapnya penting agar bisa sukses dan bisa mewujudkan cita-cita mereka. Selain itu mengembangkan sikap-sikap positif seperti itu terhadap matematika merupakan tujuan penting dalam pendidikan matematika dibanyak negara.

5.    Kurikulum matematika
Dalam keadaan tertentu guru perlu menyesuaikan kurikulum ideal dengan kebutuhan, dan minat para siswa. Dengan demikian, kurikulum ideal berubah menjadi kurikulum implementasi.
a.    Kurikulum dan ujian nasional matematika
b.    Memonitor pelaksanaan kurikulum
c.    Jumlah jam pelajaran matematika
d.   Kurikulum untuk siswa yang memiliki kemampuan beragam
e.    Fokus kurikulum matematika yang ideal
f. Topik-topik matematika TIMSS
g.    Analisis kesesuaian uji kurikulum matematika

6.    Guru matematika
Karena peran guru sangat penting dalam menciptakan lingkungan kelas yang bisa mendukung proses pembelajaran matematika, bagian ini membahas persiapan dan latar belakang guru matematika dari setiap negara peserta.
a.    Persyaratan untuk menjadi guru matematika
Guru diminta untuk menjawab lima angket persyaratan utama yaitu melaksanakan supervisi praktik mengajar, lulus dalam ujian tertentu, memperoleh gelar dari perguruan tinggi, melewati masa percobaan, dan menyelesaikan progam induksi.
b.    Karakteristik latar belakang guru matematika
Umumnya, jumlah guru matematika wanita lebih banyak dari pada pria, khususnya dikelas IV. Untuk kelas VIII, secara keseluruhan, 58% siswa di ajar oleh guru matematika perempuan sementara 42% lainnya diajar oleh guru matematika pria.
c.    Kesiapan guru untuk mengajar matematika
     Angket TIMSS 2003 menyatakan kesiapan guru untuk mengajar topik-topik matematika yang menjadi penilaian matematika TIMSS 2003. Di antara kelima materi ajar matematika (angka, aljabar, pengukuran, geometri dan data)guru matematika yang mengajar kelas VIII di tanya mengenai 18 topik.
7.    Karakteristik kelas dan pembelajaran
Pendekatan pembelajaeran yang guru gunakan sangat menentukan bagaimana siswa belajar matematika.
a.       Karakteristik kelas
b.      Jumlah jam untuk pembelajaran matematika
c.       Kegiatan siswa dalam pelajaran matematika
d.      Strategi pembelajaran
e.       Penggunaan kalkulator dan komputer
f.       Pekerjaan rumah

8.    Kondisi sekolah
Selain keadaan siswa disekolah, lingkungan sekolah yang baik akan membangun iklim untuk belajar. Untuk mengukur seberapa positiftingkat iklim sekolah, TIMSS membuat dua indeks baru pada 2003-mengukur pandangan kepala sekolahdan pandangan guru. Hasilnya ditunjukkan dalam bentuk indeks persepsi kepala sekolah terhadap iklim belajar dengan skla dari sangat tinggi hingga sangat rendah.
a.    Kehadiran siswa disekolah
Dibeberapa negara, sekolah dihadapkan pada tingkat ketidakhadiran siswa yang tinggi sehingga berpengaruhterhadap kesinambungan pembelajaran dan mengurangi waktu untuk belajar. Padahal, temuan menunjukkan bahwa bolos sekolah itu berhubungan dengan sikap serius terhadap sekolah dan penurunan prestasi akademis.
b.    Keamanan sekolah
Keamanan sekolah berkonstribusi penting dalam peningkatan prestasi siswa. Mengingat pentingnya aspek ini, TIMSS meminta guru untuk menilai keadaan sekolah tentang tiga hal : (1) bahwa sekolah ini terletak dilingkungan yang aman, (2) bahwa mereka merasa aman di sekolah ini, (3) bahwa kewajiban sekolah tentang keamanan dan praktiknya dirasa cukup.








BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Tingkat pencapain siswa dalam literasi matematika dan bidang-bidang pengetahuan yang berkaitan dengannya, akan sangat mempengaruhi masa depan, tidak hanya masa depannya sendiri tetapi juga bangsanyapada saat bersaing diera canggih masyarakat global.Sebaliknya, pencapaian literasi matematika yang tidak memadai dapat mengakibatkan ketidakpastian siswa itu menghaadapi pasar kerja dan prospek untuk mencari penghasilan terbaik untuk kehidupan pribadi dan bangsanya sertaa tidak memadainya kapasitas mereka untuk beerperan serta secara penuh dalam masyarakat modern.
Dalam pencapaian literasi matematika baik suatu negara baik suatu negara maupun antar negara mengindikasikan pendidikan yang ideal dan unggul masih dalam cita-cita suatu bangsa. Untuk mengetahui bagaimana mengukur tingkat kemampuan siswa melalui PISA, dapat dilakukan dengan mengukur tingkat pengetahuan dan keterampilan siswa dengan soal-soal yang terstruktur. Sedangkan untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran matematika dan IPA dapat dilakukan dengan cara menyediakan data tentang prestasi siswa yang kaitannya dengan bentuk kurikulum, praktik pengajaran, dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda.

DAFTAR PUSATAKA
Hayat,Bahrul.2009.Mutu Pendidikan.Jakarta:Bumi Aksara.